gus robert putra gus miek
PutraGus Miek ( Mbah Gus Tijani Robert Saifunnawas ) . . "Gandrung" adalah kata untuk mengungkapkan cinta yang mendalam Menyebarkan cinta pada orang-orang alim . مَنْ أَحَبَّ قَوْمًا
Mengingat10Kisah Karomah Gus Miek yang tidak Masuk Akal. Hamim Tohari Djazuli akrab dipanggil Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940, beliau adalah putra KH. Jazuli Utsman (seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo Kediri), Gus Miekmerupakan salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah
LaNyalla merasakan karomah dari sosok kiai besar tersebut. Di hati La Nyalla, Gus Miek punya ikatan batin yang sangat kuat. Bahkan sejak tahun 80 hingga 90-an La Nyalla Mattaliti sempat bertemu dengan Gus Miek, panggilan akrab KH Chamim Djazuli. "Saya bersyukur bisa hadir di Haul Akbar ke-25 Al Magfurlah Gus Miek atas undangan Gus Robert. Dan alhamdulillah saya juga bertemu langsung dengan
ProfilGus Thuba. Gus Thuba sendiri merupakan seorang putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau yang lebih orang kenal dengan sebutan Gus Robert. Yang mana Gus Robert ini merupakan putra ketiga dari Gus Miek dari enam bersaudara. Sementara itu, jika kita melihat lebih dalam keturunan tentang Gus Thuba. Maka kita akan mendapati Gus Thuba
Bahkan banyak meyakini dia adalah waliyullah. Banyak cerita-cerita menarik beredar di telinga masyarakat dari Gus Miek, di antaranya cerita ketika dia menerima hadiah 8 berlian mahal, tujuh di antaranya kemudian dibuang. Cerita itu disampaikan KH Sabut Pranoto atau Gus Sabut, salah satu putra Gus Miek, saat memberikan tausiyah di Majelis Sima
nhạc thai giáo cho trẻ sơ sinh. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID ZfQEwrXQWwy5XYcKmshuGvtFcYOgrpBclifiWjcuUKcnoOWhWJpxWA==
Nama Gus Thuba kini ramai diperbincangkan di dunia maya lantaran beredar viral video Gus Thuba dinilai kurang memiliki adab ketika bertemu dengan Habib Abdul Qodir bin Abdul Hadi Al Haddar Banyuwangi. Video tersebut menunjukkan Gus Thuba sedang berjalan dikawal oleh rombongan. Lalu, Gus Thuba tampak menyodorkan tangan beliau kepada seorang ulama sepuh yang ternyata Habib Abdul Qodir Banyuwangi. Bukan hanya soal dicium tangannya saja. Gus Thuba terlihat berbincang sambil merokok dan sesekali memalingkan wajahnya dari Habis Hadi Al Abdul Qodir yang usianya lebih sepuh. Sontak saja, yang terjadi dalam video tersebut membuat Gus Thuba mendapatkan penilaian miring dari warganet. Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan oleh Habib Abdul Qodir, karena Gus Thuba merupakan salah satu cucu dari kiai dan ulama besar yakni almagfurlah Hamim Tohari Djazuli atau Gus Miek. Habib Abdul Qodir sangat mencintai Gus Miek begitu juga putra-putra dan cucu-cucunya. Baca Juga Profil dan Biografi Gus Baha Rembang Terlepas dari kontroversi yang hangat diperbincangkan alangkah lebih baik jika mengetahui lebih mendalam sosok sebenarnya Gus Thuba melalui biografi beliau. Keluarga Gus Thuba Gus Thuba memiliki nama lengkap yang unik, yakni Thuba Topo Broto. Gus Thuba merupakan putra dari Kyai Tijani Robert Saifunnawas. Kyai Tijani atau yang akrab disapa Gus Robert adalah putra ke-3 Gus Miek dari enam besaudara. Gus Robert menikah dengan Ning Nida Dusturiah putri Kiai Ahmad Shiddiq Seorang Pendiri NU, Jember. Gus Miek memiliki nama lengkap Hamim Tohari Djazuli. Beliau merupakan putra dari KH. Ahmad Djazuli Usman, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren al-Falah Ploso, Kediri. Semasa hidupnya, Gus Miek dikenal sebagai seorang kyai nyentrik yang dimiliki oleh NU. Sebagai putra kyai, ia menghabiskan hidupnya di luar pondok pesantren untuk berdakwah. Gus Miek kemudian mendirikan jamaah dzikir yang begitu terkenal hingga hari ini. Jamaah dzikir itu bernama Dzikrul Ghofilin. Jadi, jelas bahwa Gus Thuba bukan orang sembarangan. Beliau merupakan salah satu dari empat cucu Gus Miek, seorang ulama yang diyakini kebanyakan orang sebagai wali Allah atau kekasih Allah. Nasab Gus Thuba Gus Thuba memang tidak terlahir dari keluarga sembarangan. Bahkan, nasab beliau sampai kepada Rasulullah SAW. Berikut ini adalah urutan nasab Gus Thuba selengkapnya. Nasab tersebut berlanjut turun ke Hamim Tohari Djazuli Gus Miek, turun ke Tijani Robert Saifunnawas Gus Robert, hingga ke Gus Thuba Topo Broto Gus Thuba Dakwah Gus Thuba Gus Thuba melanjutkan perjuangan Gus Miek dalam dakwah Islam dengan memimpin Majelis Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. Gus Thuba adalah da’i di medan yang berbeda dengan medan da’i normal. Sama seperti Gus Miek yang dulu berdakwah di area pelacuran dan berandalan. Maka, wajar jika pakaian Gus Miek tidak berjubah dan bersorban, tapi bercelana Levis, kacamata, sepatu dan jaket ala mafia. Demikian profil dan biografi dari Gus Thuba cicit dari pendiri Pondok Pesantren Ploso sekaligus cucu dari seorang pendiri NU. Semoga artikel biografi ini dapat bermanfaat.
SURABAYA - Calon Gubernur Jatim Ir. H. La Nyalla Mahmud Mattaliti sangat serius untuk maju Pilgub Jawa Timur 2018. Bahkan sejak bulan Ramadhan hingga sekarang, Ketua Kadin Jatim ini rutin mengunjungi beberepa Pondok Pesantren di wilayah Pantura, Tapal Kuda, hingga di wilayah Mataraman. Bahkan kemarin malam, La Nyalla hadir di acara Haul Gus Miek ke 25 di Ndalem, Lor Pasar Ploso Kediri, Jawa Timur. La Nyalla merasakan karomah dari sosok kiai besar tersebut. Di hati La Nyalla, Gus Miek punya ikatan batin yang sangat kuat. Bahkan sejak tahun 80 hingga 90-an La Nyalla Mattaliti sempat bertemu dengan Gus Miek, panggilan akrab KH Chamim Djazuli. “Saya bersyukur bisa hadir di Haul Akbar ke-25 Al Magfurlah Gus Miek atas undangan Gus Robert. Dan alhamdulillah saya juga bertemu langsung dengan Gus Robert serta Cucu Gus Miek, yakni Gus Tuba. Moga pertemuan ini membawa berkah bagi saya,” kata La Nyalla kepada Tribun Jatim saat menghadiri acara tersebut kemarin. Diakui oleh Ketua Kadin Jawa Timur dan mantan Ketua PSSI ini, kehadiaranya di Haul Gus Miek tersbeut, guna meminta dukungan serta doa restu kepada keluarga Gus Miek di Pilgub Jatim 2018. Apalagi ia disambut secara hangat oleh putra Gus Miek, KH Tijani Robet Saifunnawas atau Gus Robert dan Gus Tuba putra Gus Robert sekaligus cucu Gus Miek dan Cucu KH Achmad Shiddiq. "Saya sangat terharu, dan tidka bisa berkata-apa-apa melihat ribuan samiin. Saat naik ke atas panggung hingga turun panggung bersama Gus Robert, saya gak bisa jalan. Ribuan Samiin berebut salaman. Sungguh aura yang luas biasa di acara Haul Gus Miek yang yang diadakan sehari setelah Idul Adha," jelas La Nyalla. La Nyalla malam itu larut dan terhanyut mengikuti semaan Dzikrul Ghofilin, yang oleh Gus Miek disebut sebagai zikir pengingat bagi mereka yang lupa. Saat dimintai keterangan soal majunya La Nyalla di Pilgub Jatim 2018, KH Tijani Robet Saifunnawas atau Gus Robert mengatakan, kalu secara pribadi sangat mendukung La Nyalla. "Bagus, setuju sekali Pak La Nyalla maju di Pilgub Jatim. kalau pak La Nyalla maju berarti di Pilgub Jatim akan ada tiga pasangan nantinya, Pak La Nyalla, Gus Ipul dan Khofifah. Ini menarik," ujar Gus Robert. Bukan tanpa alasan Gus Robert menyatakan hal itu dna mendukung La Nyalla. "Sebab dari dulu Gus Miek itu selalu memilih yang nasionalis. Gus Miek tidak setuju kalau yang maju jadi pemimpin pemerintahan itu dari NU. Gus Miek lebih setuju dan lebih suka memilih yang Nasionalis," tegasnya. Gus Robert menyarakankan agar La Nyalla mencari pasangan yang tepat. "Soal pasangan ini yang sangat menentukan. Mudah-mudahan Pak La Nyalla bisa menemukan pasangan yang tepat dan bisa menjadi Jatim satu," tegas Gus Robert.
– Video Gus Thuba yang bertemu dengan Habib Abdul Qadir Bin Abdul Hadi Al-Hadir Banyuwangi viral di media sosial. Pasalnya dalam video tersebut, warganet menganggap tingkah dan gaya Gus Thuba dinilai tidak beradab, terlebih bertemu dengan Habib yang lebih tua dan juga alim. Di video terlihat Gus Tubha sedang berjalan dan dikawal oleh beberapa orang untuk bertemu dengan Habib Abdul Qadir dalam sebuah acara. Saat bertemu, Habib Abdul Qadir kemudian mencium tangan Gus Tubha sebagai bentuk rasa hormat kepadanya. Namun anehnya respon yang diberikan oleh Gus Tubha tidak mencerminkan seorang ulama yang biasanya akan mencium tangan atau merendah jika bertemu dengan orang yang lebih tua atau berilmu. Gus Thuba sesekali malah menghisap rokok dan juga memalingkan pandangannya ketika berbicara dengan Habib Abdul Qadir. Baca Juga Mengenal Gus Miek, Kakek Gus Thuba yang Memiliki Karomah Wali Akibat aksinya tersebut, banyak warganet yang menyayangkan atas perilaku yang dilakukan oleh Gus Thuba terhadap seorang Habib. Lantas, sebenarnya siapa Gus Thuba itu? Dilansir dari Gus Thuba adalah putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau akrab dipanggil Gus Robert. Gus Robert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak, di mana Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dari pihak ibunya, Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember. Saat ini didampingi Gus Robert, ayahnya, Gus Thuba memimpin barisan jam’iyah Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. Baca Juga Ini Kronologi Perempuan Poliandri di Cianjur Berujung Pengusiran, Gus Miftah Poliandri Tidak Dibenarkan Moloekatan merupakan terminologi kuno yang kerap dipakai Gus Miek untuk menyebut ibadah tirakat, ibadah yang murni atau suluk, yakni ibadah khusus yang mengikat dan mengangkat masalah dunia dan akhirat.
Gus Thuba duduk bersila. Di sampingnya sejumlah orang duduk bersimpuh dengan takzim. Beberapa orang mengambil tempat di belakangnya. Rambut ikal Gus Thuba yang gondrong tertutup peci hitam. Peci berukuran tinggi itu sepertinya menjadi ciri khasnya. Posisinya ambles di bagian depan. Malam itu Gus Thuba mengenakan kemeja lengan panjang warna merah dengan kancing terbuka. Terlihat kaos oblong hitam polos melekat di dalamnya. Ia juga membiarkan cambangnya tidak tercukur. Agus Thuba Topo Broto Maneges sedang mengimami syiiran Molekatan Dzikrul Ghofilin Gus Miek. Sambil melafal syiiran, kepalanya terus menunduk. Suaranya tebal. Pada nada-nada tinggi, terdengar serak. Banyak yang menyamakan suara Gus Thuba dengan almarhum KH Hamim Jazuli atau Gus Miek, kakeknya. “Suarane wibawane gus miek muda Suaranya, wibawanya Gus Miek muda ,” tulis salah satu akun di channel youtube yt. “Apa itu dzikrul ghofilin?,” tanya Gus Thuba tiba-tiba di depan para jamaah. Dzikrul ghofilin merupakan aktifitas dzikir atau wirid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nama dzikrul ghofilin mengutip dari Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 172 dan 205. Di awal-awal, Gus Miek selaku mursyid tunggal dzikrul ghofilin melakukan wirid dengan membaca Al-Fatihah sebanyak 100 kali setiap hari setelah salat. Kemudian dalam perjalanannya bacaan Al-Fatihah tersebut dipadukan dengan bacaan lain, seperti Asmaul Husna, Ayat Kursi, Istighfar, Shalawat dan Tahlil. “Proses berjalannya naskah dzikrul ghofilin hingga mencapai proses cetak membutuhkan waktu sangat panjang, yakni dari 1971 sampai 1973,” tulis Muhamad Nurul Ibad dalam buku “Perjalanan dan Ajaran Gus Miek”. Sejumlah sumber menyebut, dzikrul ghofilin dirumuskan tiga orang kiai. Yakni Kiai Abdul Hamid bin Abdullah Pasuruan, Kiai Achmad Siddiq Jember, dan Kiai Hamim Jazuli Gus Miek Kediri. Inti dari ajaran wirid dzikrul ghofilin adalah mengajak manusia untuk selalu ingat kepada Allah SWT. Sebab lupa sudah menjadi sifat relatif manusia. Gus Thuba mengatakan, masih banyak orang yang belum memahami makna dzikrul ghofilin. Intinya dzikrul ghofilin adalah upaya mencari pegangan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab selama ini, kata dia dirinya dan semua yang hadir di majelis taklim, masih jauh dari Allah SWT. “Ngemuti kulo dan panjenengan tiyang ingkang taksih tebih kaleh Alloh Teringat kalau saya dan anda semua adalah manusia yang masih jauh dengan Allah SWT,” kata Gus Thuba “Kersane gadah kapital. Supados mbenjing mati saget khusnul khotimah. Supaya punya modal. Supaya kalau meninggal dunia nanti bisa khusnul khotimah,” tambahnya. Gus Thuba juga mengatakan kalau pengamal wirid dzikrul ghofilin harus memiliki keyakinan dan kemantapan hati. Sebagai makhluk harus senantiasa merasa jauh dari Allah SWT dan karena itu terus berusaha mendekatkan hati. Sebagai makhluk harus menyingkirkan jiwa keakuan dan terus merasa banyak dosa dan salah. Untuk itu terus berusaha mendekat kepada Allah SWT sekaligus meminta ampunannya. Karenanya para pengamal dzikrul ghofilin bukan sekedar berburu ganjaran pahala. “Nyedekke ati dateng pengeran. Kulo kaliyan panjenengan punika tiyang ingkang taksih tebih saking pengeran. Solih mawon taksih tebih. Mendekatkan hati kepada Allah SWT. Saya dan kalian semua adalah manusia yang masih jauh dengan Allah SWT. Bahkan soleh saja masih jauh,” ungkapnya. Di media sosial, nama Gus Thuba lagi moncer. Tidak hanya suara. Banyak akun yang menanggapi cara dakwah Gus Thuba yang menyerupai gaya dakwah Gus Miek, kakeknya. “Pembawaan syiirnya muirip si Mbah yai Miek,” tulis akun lain. “Subhalllah semoga terus bisa istiqomah” dan “Mugi barokah dzikrul ghofilin”. Tidak berhenti di situ. Para muhibbin yang bertebaran di media sosial juga banyak mengunggah foto Gus Thuba yang diikuti poster berisi tausiyah. Diantaranya , “Di saat istri marah saja kita sudah bingung kenapa di saat Tuhan marah kita biasa-biasa saja?”. Di bawah kalimat yang bersifat quote itu tertulis dawuh Gus Thuba. Kemudian ada lagi Akeh menungso kokehan ilmu kurang amal, menang ilmu kalah ibadah banyak manusia kelebihan ilmu tapi kurang beramal, menang ilmu tapi ibadah kalah. “Mengharap surga tanpa tindakan adalah dosa”. Pengungah kata-kata Gus Thuba itu adalah akun instagram moloekatan_gusmiek. Seolah tak mau kalah. Akun moloekatan_banyuwangi mengunggah petuah Gus Thuba lainya, yakni, “ Keseimbangan antara roja’ berharap rohmat kepada Allah, dan khouf takut kepada alloh , harus seimbang, karena jika berat sebelah salah satunya akan berakibat fatal”. Gus Thuba dalam tausiyahnya juga mempertegas seperti apa sikap manusia di hadapan sang khalik. “Merasa hina adalah hal paling mulia di hadapanNya,” kata Gus Thuba. “Ingat akan salah dan dosa aja tidak, apalagi ingat tuhan?,” tambahnya. Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek Moloekatan merupakan terminologi kuno yang kerap dipakai Gus Miek untuk menyebut ibadah tirakat, ibadah yang murni atau suluk, yakni ibadah khusus yang mengikat dan mengangkat masalah dunia dan akhirat. Gus Thuba melanjutkan perjuangan Gus Miek dalam dakwah Islam dengan memakai istilah Moloekatan Dzikrul Ghofilin Gus Miek. Gus Thuba merupakan salah satu dari empat cucu Gus Miek. Gus Thuba adalah putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau akrab dipanggil Gus Robert. Gus Robert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak, di mana Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dari pihak ibunya, Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember. Saat ini didampingi Gus Robert, ayahnya, Gus Thuba memimpin barisan jam’iyah Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. “Gus Miek pernah menyatakan, salah satu alasan dia mendirikan Jam’iyah Lailiyah adalah karena selama ini dia menangis melihat berbagai perpecahan yang terjadi di antara pengikut tarekat,” tulis Muhamad Nurul Ibad dalam buku “Perjalanan dan Ajaran Gus Miek”. Dari Jam’iyah Lailiyah kemudian dalam perjalanannya lahir dzikrul ghofilin. Gus Miek menciptakan ramuan amalan yang mampu mewadahi dan bisa dilaksanakan oleh berbagai pengikut tarekat dan berbagai umat, baik yang sudah ikut tarekat atau belum. Amalan Gus Miek juga diperuntukkan bagi orang yang masih awam, orang alim dan pelaku maksiat. Dalam tulisannya yang berjudul “Dzikrul Ghofilin untuk orang-orang yang ingin dikumpulkan dengan para wali dan shalihin”, Gus Miek mengatakan amalannya sangat sederhana dalam praktik dan pengamalannya. Amalannya juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya. “Yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun di akhirat”. Gus Miek juga pernah menyatakan, kelak Jantiko dan Dzikrul Ghofilin bisa menjadi tempat duduk-duduk santai dan hiburan bagi anak dan cucu kita. Dzikrul Ghofilin kini berganti nama Moloekatan Gus Miek atau Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Dari berbagai sumber yang dihimpun, pengubahan nama tersebut bertujuan untuk memperjelas kemurnian dan pakem amaliyah Gus Miek. Di Jam’iyah ini, Gus Robert bertindak penanggung jawab dan Gus Thuba sebagai wakil penanggung jawab. Gus Thuba dalam tausiyahnya mengingatkan pada ajaran-ajaran Gus Miek. Gus Thuba menyatakan, “ono ngaji ilmu, ono ngaji laku ada mengaji ilmu dan mengaji atau perbuatan. Baca jugaUngkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno Selamat Jalan PejuangLahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton PresidenKisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies BaswedanMakna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies BaswedanPeran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Artikel Terkait
gus robert putra gus miek